Pekan Kebudayaan Nasional Bertajuk “Merawat Bumi Merawat Kebudayaan” Di Salah Satu Lokasi Produksi Film Nasional Jakarta Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Kembali Menggelar Pekan Kebudayaan Nasional 2023

depan gedung produksi Film Nasional
Sumber: Rasyad

Produksi Film Negara (PFN) menjadi salah satu Ruang Tamu utama Pekan Kebudayaan Nasional 2023 bertajuk Merawat Bumi Merawat Kebudayaan. Sebagai salah satu pelopor industri perfilman nasional, gedung ini memiliki peran panjang dalam melahirkan imaji-imaji ke-Indonesiaan untuk lintas generasi dan kalangan.

Kini, PFN menjadi titik yang sudah tumbuh dia pertemuan antara beragam  gagasan masyarakat, dengan aset ruang dan sumber daya negara lewat PKN. Ruang ini meniadi tempat singgah kolaborator PKN 2023 yang telah melakukan serangkaian proses residensi. lokakarya, penciptaan karya dan penelitian sejak Juli 2023.

Baca juga: Anak Terlindungi, Indonesia Maju: Yatim Mandiri Wujudkan Kemandirian Anak Yatim dalam Peringatan Hari Anak Nasional 2023

Hasil panen proses mereka terartikulasi dalam bentuk pameran karya runa, seni media, arsip, pertunjukkan musik dan tari, performans, pemutaran film, permainan, kelas. forum, lokakarya, memasak dan perjamuan.

Lumbung Sebagai Metode Aksi
Salah satu bagian dalam ruang pekan kebudayaan Nasional. Sumber: Rasyad

Karya-karya yang hadir di PFN meliputi beragam isu, seperti pembacaan atas radisi sedekah bumi di perdesaan, kelestarian lingkungan, praktik kerja bersama, jurnalisme warga, kolaborasi antar generasi, pengarsipan kuliner Nusantara dari Mustika Rasa yang diprakarsai Soekarno, karya-karya perempuan, tokoh -tokoh budaya yang terlupakan, dan pembacaan akan uang-ruang urban oleh anak muda pasca pandemi. Karya-karya tersebut alah hasil kolahorasi antara perupa, musisi, penari, fotografer, komunitas seni, tokoh budaya. peneliti pangan, juru masak, ahli gastronomi, warga permukiman, mahasiswa lintas kota, Jurnalis, maestro, dan pengarsip.

Lumbung sebagai Metode Aksi

Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) bertema “Merawat Bumi Merawat Kebudayaan” merupakan acara besar yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Teknologi Republik Indonesia sejak tahun 2019. Penyelenggaraan PKN 2023 menggunakan cara pengumpulan dan pengelolaan hasil karya kolektif/kelompok dan perseorangan, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, yang dapat dipahami sebagai wadah kolektif. Segala sumber daya yang dimiliki bersifat nyata (gagasan, pengetahuan, tenaga, waktu)

Jangan lewatkan ini :  Faspay sukses Bawa Pulang Penghargaan “Excellent Payment Gateway” di Indonesia Financial Award 2022

Konteks PKN 2023 bukanlah sebuah tema tetapi Lumbung dalam rasa kerja yang berdasar pada serangkaian nilai: humor, kemurahan hati, sikap memadai dan berhemat, kemandirian, berakar pada tokalitas sebuah metode ekosistem lokal, keberlangsungan, transparansi-kepercayaan, regenerasi, serta etika dan keberpihakan . Sejak Juli hingga Oktober 2023 di  kota dan kabupaten Se-Indonèsia, proses-proses yang berlangsung telah melalui siklus  rawat-panen-bagi, PKN 2023 menjadi ruang untuk perayaan ritual berbagi dari siklus panjang tersebut dan diharapkan bisa berlanjut.

Salah satu bilik karya Cowongan Banyumasan
Sumber: Rasyad

PFN 2023 mencoba mengubah paradigma pola kompetisi berjenjang, seperti pada PKN tahun-tahun sebelumnya, menjadi kolaborasi antar petaku budaya. Penyelenggaraan PKN 2023 juga dilakukan tidak hanya terpusat di satu lokasi, tetapi tersebar ke 40 ruang-ruang seni budaya, ruang komunitas seni-budaya dan warga, ruang publik seperti stasiun, pasar, taman, dan gedung lembaga pemerintah di Jabodetabek. Lokus-lokus penyelenggaran tersebut diubah menjadi “Ruang Tamu”, tempat  proses edukasi, apresiasi, dan kreasi selama PKN 2023 dirayakan dan dibagikan. Ruang Tamu PKN menjadi tempat di mana kolaborator PKN dan publik bertemu, berbagi ide, gagasan, pengetahuan, menjamu, dan dijamu. pelumbungan tertuang ke dalam delapan kuratorial PKN 2023.

Kuratorial “Temu Jalar” berfokus pada pertukaran sumber daya jejaring kolektif seni di Indonesia, berrbaga forum  mahasiswa, penulisan estetika seni kolektif, serta olah artistik teknologi akal-akalan warga. “Laku Hidup” mengembangkan gagasan tentang tari sebagai praktik koreografi yang lahir, tumbuh, dan berkembang “Rantai Bunyi” menelusuri musik Nusantara, sebagai sebuah model nada saat ini berfokus pada dawai nyanyian, eda praktik kesehari di ruang sosial masyarakat.

“Gerakan Kalcer” mengupayakan potensi khazanah budaya egal fondasi ekonomi kreatit, perumusan jenama kota (city branding), dan cipta ruang dalam membangun kota. menghubungkan usur bunyi. suara, derau dengan ekspresi keseharian masyarakat nusantara yang partikular dan beragam.

Jangan lewatkan ini :  Antusiasme Meriah untuk Cool-Vita: Dari Super Brand Day TikTok Shop hingga Yogyakarta Color Run

rendlaikan Berkebudayaan” berfokus pada isu-isu pendidikan dengan menempatkan lekembangan integritas budi pekerti dalam konteks keadaan dan zaman. “Berliterasi Alam Dan Budaya” mengupayakan sebaran pemahaman akan praktik swadaya dan swakelola  berkesadaran lingkungan berkelanjutan, baik secara siklus materi, potensi konflik maupun sosial. “Jejaring. Rimpang” melakukan kerja-kerja demokratisasi, normalisasi pembuatan, penggunaan, dan pengkajian arsip dalam budaya kontemporer dengan meneruskan dan mengembangkan serangkaian kerja yang sudah berjalan selama int. “Sedekah Bumi Project” mengupayakan revitalisasi tradisi dengan memaknai kembali
peran tradisi dalam ekosistem kebudayaan hari ini.

 

Ditulis oleh Rasyad Neza Barata mahasiswa Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *