LINTASJAKARTA.com – Sejak kecil, standar sosial di usia 25 sudah melekat di keluarga Asia. Kita sering mendengar kalimat-kalimat seperti “Saat kamu berusia 25 tahun, kamu harus sudah memiliki pekerjaan yang mapan, rumah sendiri, dan bahkan sudah menikah.”
Memang terkadang, standar sosial di usia 25 ini dapat memberikan dorongan untuk lebih giat bekerja dan meraih kesuksesan.
Namun, tahukah kamu bahwa target pencapaian hidup yang ditentukan berdasarkan usia dan standar sosial (standar sosial di usia 25), rentan memicu gangguan kesehatan mental? Simak ulasannya!
Apa kata ahli tentang standar sosial di usia 25?
Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association, standar pencapaian hidup yang ditentukan oleh usia, seperti memiliki pekerjaan yang mapan dan rumah sendiri pada usia 25 tahun, dapat menimbulkan tekanan yang signifikan pada individu.
Dalam sebuah wawancara dengan Psikolog Klinis, Dr. Elizabeth Lombardo, ia menyatakan bahwa “Terlalu banyak orang yang mengaitkan kesuksesan hidup dengan pencapaian tertentu di usia tertentu, seperti punya rumah dan mobil sendiri di usia 30 tahun. Hal ini sangat merugikan, karena seseorang dapat merasa gagal dan tidak cukup apabila tidak mencapai standar ini.”
Bahkan, World Health Organization juga menyebutkan bahwa tekanan dari standar sosial dapat menjadi pemicu dari berbagai gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Johanna Jarcho dari Universitas Temple juga menunjukkan bahwa orang-orang yang terlalu terikat pada standar sosial memiliki tingkat stres yang lebih tinggi, serta memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami depresi.
Tentu saja, hal ini tidak berarti bahwa memiliki target hidup dan berusaha untuk mencapainya adalah sesuatu yang buruk.
Namun, perlu diingat bahwa setiap individu memiliki kecepatan dan jalur hidup yang berbeda-beda.
Tidak semua orang memiliki akses dan kesempatan yang sama dalam meraih kesuksesan hidup. Bahkan, beberapa orang memerlukan lebih banyak waktu dan pengalaman dalam mencapai tujuan mereka.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association menemukan bahwa orang yang memiliki ekspektasi terlalu tinggi pada diri mereka sendiri, memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami stres dan kecemasan.
Baca Juga Neuralink: Masa Depan Hubungan Antara Manusia dan Teknologi
Selain itu, psikolog klinis Dr. Lombardo juga menekankan bahwa “penting untuk memahami bahwa kesuksesan hidup bukan hanya tentang pencapaian tertentu, tetapi juga tentang menemukan arti dan tujuan hidup yang sesuai dengan nilai-nilai dan keinginan pribadi.”
Lalu apa yang perlu kita lakukan?
Maka dari itu, sebagai masyarakat, kita harus lebih memperhatikan tekanan sosial yang mungkin kita berikan pada orang lain.
Jangan terlalu mengaitkan kesuksesan hidup dengan pencapaian tertentu di usia tertentu. Alih-alih memberikan standar sosial yang menekan, kita harus memberikan dukungan dan dorongan bagi individu untuk mengeksplorasi jalur hidup mereka sendiri.
Kita juga harus belajar untuk lebih menghargai kecepatan dan jalur hidup yang berbeda-beda.Jadi stop! bilang “usia 25 idealnya punya…”
Selain itu, sebagai individu, penting untuk memahami bahwa hidup bukanlah tentang mencapai pencapaian tertentu pada usia tertentu. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, setiap orang memiliki kecepatan dan jalur hidup yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, jangan terlalu keras pada diri sendiri jika belum mencapai tujuan hidup pada usia yang dianggap ideal oleh masyarakat.
Tidak ada yang salah dengan mencapai tujuan hidup pada usia yang lebih tua atau lebih muda dari standar sosial yang berlaku. Bahkan, seringkali, pengalaman hidup yang berbeda-beda dapat memberikan banyak pelajaran dan wawasan yang berharga untuk mencapai kesuksesan di masa depan.
Lebih dari itu, penting untuk menentukan tujuan hidup berdasarkan nilai-nilai dan keinginan pribadi. Jangan hanya mencapai tujuan yang ditentukan oleh masyarakat atau lingkungan sekitar.
Saat kita menentukan tujuan hidup yang sesuai dengan nilai-nilai dan keinginan pribadi, maka kita akan merasa lebih puas dan bahagia dalam menjalani hidup.
Akhirnya, sebagai masyarakat, mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung individu untuk mengeksplorasi jalur hidup mereka sendiri.
Kita dapat memberikan dukungan dan dorongan pada mereka yang membutuhkan, tanpa memberikan tekanan untuk mencapai pencapaian tertentu pada usia tertentu.
Penting juga untuk membuka dialog mengenai standar sosial yang mungkin menekan dan memicu gangguan kesehatan mental pada individu. Dengan membuka dialog, kita dapat menciptakan kesadaran tentang pentingnya menghargai kecepatan dan jalur hidup yang berbeda-beda dalam mencapai kesuksesan hidup.
Dalam kesimpulannya, standar sosial yang menentukan target pencapaian hidup berdasarkan usia, dapat menimbulkan tekanan dan memicu gangguan kesehatan mental pada individu.
Sebagai masyarakat, kita harus lebih memperhatikan tekanan sosial yang mungkin kita berikan pada orang lain, dan sebagai individu, kita harus memahami bahwa hidup bukanlah tentang mencapai pencapaian tertentu pada usia tertentu.
Mari kita menciptakan lingkungan yang mendukung individu untuk mengeksplorasi jalur hidup mereka sendiri, dan menentukan tujuan hidup berdasarkan nilai-nilai dan keinginan pribadi.