The Stoic Paradox: Mengapa Menjaga Ketenangan Hati Tidak Selalu Menjamin Kebahagiaan?

The Stoic Paradox (Ilustration source dribbble.com)
The Stoic Paradox (Ilustration source dribbble.com)

LINTASJAKARTA.com – Holla.. Anak muda seperti kita pasti gak asing dengan Stoicism, ya kan? Ada yang bilang stoicism itu filosofi terbaik untuk mengatasi masalah hidup, tapi ada juga yang bilang janji stoicism itu palsu dan gak bisa dijadikan solusi untuk semua masalah hidup kita. Nah, kira-kira yang mana nih yang beneran? Yuk kita bahas The Stoic Paradox: Mengapa Menjaga Ketenangan Hati Tidak Selalu Menjamin Kebahagiaan?

Pertama-tama, mari kita lihat pandangan dari classicalwisdom.com dalam artikel mereka yang berjudul “The False Promise of Stoicism”. Menurut penulis artikel tersebut, stoicism mempunyai janji palsu dalam hal kebahagiaan sejati. Meskipun filosofi ini mengajarkan kita untuk mengendalikan emosi dan berpikir rasional. Dalam kenyataannya kita tidak bisa sepenuhnya bebas dari emosi negatif. Kata penulisnya, “Kehidupan yang berharga bukanlah kehidupan yang bebas dari penderitaan, tetapi kehidupan yang diisi dengan makna dan pengalaman.”

Tapi, pandangan classicalwisdom.com ini dianggap kontroversial oleh banyak orang. Bagi sebagian orang, stoicism  memang benar-benar membantu mereka mengatasi masalah hidup. Beberapa tokoh terkenal seperti Marcus Aurelius, Epictetus, dan Seneca menganggap stoicism  sebagai cara hidup yang membawa kebahagiaan dan kepuasan.

Baca Juga Punya Fasilitas Lengkap, RS Hermina Samarinda Siap Layani Penderita Ginjal

Bahkan, dalam buku “The Daily Stoic” yang ditulis oleh Ryan Holiday, dia menyatakan bahwa stoicism  dapat dijadikan sebagai pedoman hidup yang dapat membantu kita meraih kebahagiaan. Dia mengatakan, “Stoicism  membawa kita pada satu kesimpulan yang sangat positif: Anda dapat menentukan hidup Anda dan kebahagiaan Anda. Tidak ada orang atau kejadian yang dapat mempengaruhi kebahagiaan Anda.”

Namun, seperti biasa, semua hal pasti punya sisi baik dan buruk. Jadi, gimana kita bisa mengambil manfaat dari stoicism  tanpa terjebak dalam anggapan bahwa filosofi ini adalah holy grail untuk mengatasi masalah hidup kita?

Jangan lewatkan ini :  Feminisme dan Islam: Sebuah Analisis Kontemporer

Cara mengambil manfaat dari stoicism

Salah satu cara adalah dengan tidak terlalu terobsesi dengan mengendalikan emosi kita. Kita bisa mempelajari bagaimana mengendalikan emosi negatif seperti kecemasan dan ketakutan, tapi jangan sampai kita melupakan bahwa emosi negatif juga bisa bermanfaat untuk mengatasi masalah dan memperkuat hubungan kita dengan orang lain.

Kita juga harus belajar untuk menerima bahwa hidup itu kompleks dan gak selalu bahagia dan bebas dari penderitaan. Jangan berharap stoicism akan menjadi solusi untuk semua masalah hidup kita. Filosofi ini memang bisa membantu kita menghadapi masalah, tapi kita juga perlu belajar dari pengalaman hidup kita sendiri dan mencari cara lain untuk mengatasi masalah.

Dalam buku “The Subtle Art of Not Giving a F*ck” karya Mark Manson, dia mengatakan bahwa hidup itu gak selalu bahagia dan kita gak bisa menghindari penderitaan. Kita perlu menerima kenyataan bahwa hidup itu sulit dan kepuasan.

Kita sendiri bisa memilih pandangan mana yang ingin kita terapkan dalam hidup kita. Yang jelas, stoicism bisa membantu kita dalam hal mengendalikan emosi negatif dan berpikir rasional. Namun, kita juga perlu belajar untuk menerima kenyataan bahwa hidup itu kompleks dan gak selalu bahagia dan bebas dari penderitaan.

Dalam hidup, kita perlu belajar untuk memilih nilai-nilai yang penting bagi kita dan fokus untuk mencapai tujuan hidup yang memang benar-benar kita inginkan. Filosofi apa pun yang kita pilih untuk dijadikan pedoman hidup, tetaplah terbuka untuk belajar dan mencari cara-cara lain untuk mengatasi masalah yang kita hadapi.

Terimakasih telah membaca artikel The Stoic Paradox: Mengapa Menjaga Ketenangan Hati Tidak Selalu Menjamin Kebahagiaan?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *